Kondisi ini membuat pria yang menjabat sebagai Staf Khusus Menteri
Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT RI) sejak Juli 2009, berani
menyampaikan kepada Menteri PDT Ir.H.Helmy Faisal Zaini, bahwa mendorong
Kepulauan Nias menjadi pusat pertumbuhan sangat mudah bila dibandingkan
dengan daerah lain. Yang dibutuhkan hanya keberpihakan dan memberi
akses pada masyarakat, maka kreatifitas segera muncul dan bisa
menyelesaikan persoalannya sendiri. Karena pada dasarnya masyarakat Nias
berkebudayaan tinggi dan penuh dengan kreatifitas.
Akhirnya pemikiran itu dapat diterima oleh menteri, dan sejak itu
pula mantan Sekretaris PW NU Sumatera Utara periode 1995-1999 ini pun
terus mengawal apa yang dia sebut tentang keberpihakan dan akses dari
program yang ada di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT).
Nias akan Menjadi Daerah Impian Masyarakat Dunia
Sumber daya alam dan manusia Nias yang sangat berpotensi membuat pria
yang memiliki motto hidup “Jujur Bersikap, Berani Bertindak” ini yakin,
bahwa Nias dimasa yang akan datang menjadi daerah impian masyarakat
dunia. Semua orang akan bangga bercerita telah sampai di Nias.
“ Saya berkeyakinan, Nias masa datang adalah daerah impian masyarakat
dunia seperti Bali, semua orang akan bangga bercerita telah sampai di
Nias. Itu terjadi bila potensi pariwisata telah tergarap dengan baik,
kesuburan tanah sudah bisa dimanfaatkan, dan budaya berkeseniaan tinggi
telah berkembang lagi,” tuturnya.
Menurut Marwan, tanah yang sangat subur harusnya bisa menjadikan
sektor pertanian menjadi salah satu andalan. Namun sayang, saat ini
sektor tersebut belum tergarap dengan baik. Karet yang selama ini
menjadi unggulan masyarakat Nias, namun Nias sendiri tidak memiliki
perkebunan karet. Kakao yang jadi penopang juga belum dikelola dengan
maksimal. Ternak babi yang dijalankan secara tradisionil juga tak mampu
memasok kebutuhan Nias.
Sektor pariwisata juga belum diolah dengan baik. Padahal, keindahan alam dan budaya Nias bisa dijadikan andalan.
Saat ini, salah satu yang menjadi kendalanya adalah infrastruktur di
Pulau Nias belum memadai untuk menunjang pulau terluar ini sebagai
negeri impian.
Membangun infrastruktur merupakan tugas pemerintah. Itu yang dimaksud
pengagum Gus Dur dan Gorbachev ini dengan keberpihakan. Sedangkan yang
perlu didorong pada masyarakat adalah kemahiran berkreatifitas. Upayanya
memang harus membangun infrastruktur dan pemerintah daerah harus gencar
meyakinkan pemerintah pusat atau juga mengundang investor.
“ KPDT sebenarnya ingin segera melepaskan Nias dari kategori daerah
tertinggal, karena sumber daya alamnya sangat mendukung. Tetapi anggaran
KPDT sangat terbatas. maka programnya juga bersifat stimulant. Baik
infrastruktur berupa jalan, jembatan, irigasi, dermaga dll, juga
pendidikan, kesehatan, pertanian berupa bibit, pupuk, obat obatan,
ataupun penguatan kelembagaan,” katanya.
Penguatan kelembagan sangat penting karena ini faktor manusia. Jika
kemandirian dan kreatifitas tinggi manusianya sudah muncul, maka sudah
bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Semua program KPDT bisa masuk sesuai permohonan daerah. Tergantung
sisi apa yang paling mendesak dan berpotensi mendorong pertumbuhan dan
munculnya kemandirian. Total anggaran bervariasi, antara 30 miliar
sampai 50 miliar rupiah per kabupaten/kota. Hal ini ternyata menjadi
andalan bila dibandingkan dengan kementerian lain.
Jatuh Cinta Kepada Nias
Menghabiskan masa kecil dalam suasana ketertinggalan dan keterbatasan
telah menempa semangat pria kelahiran Pangikiran, Tapanuli Selatan
(sekarang Padang Lawas), 12 Juni 1962 ini bertekad untuk maju. Akrab dan
mahir dengan pisau penyadap untuk menderes, membuat bapak tiga orang
anak ini paham betul tentang kehidupan para petani karet di Nias. Tak
jarang, untuk mengetahui kondisi para petani secara langsung, Marwan
rela keluar masuk desa dengan berjalan kaki puluhan kilometer.
Satu hal yang paling berkesan dari suami Ismah Amrina ini adalah
karakter masyarakat Nias yang menurut dia masih menjunjung tinggi adat
istiadat dan toleran terhadap perbedaan, “ Apa yang pernah diceritakan
orang dari mulut ke mulut bahwa Nias itu sangat menakutkan ternyata
tidak terbukti. Pulau Nias sangat indah. Masyarakatnya ramah dan terbuka
terhadap pendatang,” ujarnya.
Ditanya soal makanan kesukaan bila berada di Nias, pria yang
menyenangi lagu berlirik kritis ini menjawab sangat suka dengan menu
ikan bakar dan gulai. “ Saya punya banyak tempat makan favorit saat
berada di Nias. Saya sangat menggemari menu ikan bakar dan gulai. Di
Nias, ikannya segar-segar,” tuturnya.
Pria yang aktif berorganisasi ini berjanji, dengan segala
kemampuannya akan turut mendorong melepaskan Nias dari kategori daerah
tertinggal , sehingga suatu saat nanti kerinduannya melihat Nias menjadi
negeri impian masyarakat dunia bisa terwujud. [DESTY HULU]
Tulisan pernah dimuat di NiasPost.Com
Marwan Dasopang: Pembangunan Nasional Saatnya Berpihak pada Nias
Puluhan tahun berinteraksi dengan masyarakat di Kepulauan
Nias, membuat sosok Marwan Dasopang mengenal betul kondisi alam dan
sumber daya manusia di Nias. Dengan tegas pria ramah ini mengatakan
tidak ada alasan Kepulauan Nias dikategorikan tertinggal.
Sejak tahun 1992, Marwan telah menyaksikan betapa besarnya potensi
alam dan manusia Nias untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan.
Hanya saja potensi yang ada belum dimanfaatkan dengan maksimal. “ Dari
sisi sumber daya alam, sebenarnya tidak ada alasan masyarakat di
kepulauan Nias dikategorikan tertinggal, karena melimpahnya sumber daya
alam. Tetapi perlakuan politik yang mengabaikan Nias beberapa dekade
menjadikan sumber daya manusianya tidak kreatif dan malah menjadi apatis
terhadap dirinya,” ungkap Marwan.
~ ~
POPULAR-desc:Trending now:
-
Hingga kini belum ada yang bisa menjelaskan, bagaimana daun rumput pahit (so’i-so’i) yang tumbuh liar di pekarangan rumah bisa menjadi pena...
-
“Kobarkan Api Pantekosta”, demikianlah tema yang diusung pada acara peringatan hari ulang tahun Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) K...
-
Tanggal 25 Mei hingga 26 Mei 2012, Sekolah Dasar Swasta RK Mutiara Gunungsitoli, merayakan ulang tahunnya yang ke-50. Setengah abad sudah s...
SEARCH
LATEST
3-latest-65px
Tentang Saya

- Desty Hulu
- Mulai aktif menulis sejak tahun 2011 saat menjadi jurnalis. Istirahat sebentar pada tahun 2016 karena sakit. Tahun 2017 mulai menulis renungan harian untuk salah satu website gereja dan berhenti di pertengahan tahun 2022. Sejak awal tahun 2023 memutuskan menjadi penulis lepas. Artikel-artikel yang ada di blog ini adalah sebagian kecil tulisan yang pernah dimuat di beberapa media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar