Pdt.Fa’ano Mendröfa,
ketua panitia pelaksana, dalam sambutannya mengajak seluruh jemaat untuk terus
mengobarkan “Api Pantekosta”, menyebarkan Injil, dan menjangkau jiwa, serta
mengadakan mujizat-mujizat untuk kemuliaan nama Tuhan.
Perayaan
yang dihadiri sekitar 15.000 jemaat dari seluruh Kepulauan Nias itu diawali
dengan pawai dari lapangan Pelita menuju lapangan Merdeka Gunungsitoli, maena
rohani, dan koor yang dibawakan oleh sekitar 400 jemaat.
Keberadaan
GPdI di tengah-tengah masyarakat diharapkan mampu menarik kembali
saudara-saudara seiman yang sudah terbawa arus penyakit-penyakit sosial yang
terus berkembang sekarang ini. Hal ini disampaikan oleh Yasona Laoly, anggota
DPR-RI.
“Saya
berharap GPdI mampu menarik saudara-saudara kita yang terbawa arus
penyakit-penyakit sosial yang terus berkembang sekarang ini. Saya juga mengajak
kita semua untuk mendoakan para anggota DPR yang saat ini sedang membahas
tentang Undang-undang kerukunan beragama” ujar Yasona Laoly dalam sambutannya
pada perayaan ulang tahun gereja yang sudah ada di Pulau Nias sejak tahun 1952
itu.
Perayaan HUT
diakhiri dengan ibadah Natal bersama yang dilayani Pdt. D.Y.Surbakti, Ketua
Majelis Daerah Sumut-NAD.
Hadir pada
saat itu, anggota DPR-RI, Yasona Laoly, Ketua Majelis GPdI Daerah Sumut-NAD,
Pdt.D.Y.Surbakti, Wali Kota Gunungsitoli, Bupati Kabupaten Nias, Wakil Bupati
Kabupaten Nias, Ketua DPRD Kabupaten Nias, Wakil Kapolres Nias.
Sejarah
Berdirinya GPdI di Pulau Nias
Berdirinya
Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) di Pulau Nias tidak lepas dari peran
seorang hamba Tuhan bernama Ev.M.Z.Augustus Zebua. Putra Nias asal Desa
Hilina’a, Gunungsitoli ini bekerja sebagai kepala bagian di Rumah
Sakit Standard Vacuum Petroleum Maatschapij (SVPM) atau yang lebih
dikenal dengan Stanvac, sebuah perusahaan minyak milik Amerika (1922) yang
terletak di Sungai Gerong,
Palembang, Sumatera Selatan.
Saat tinggal
di Palembang, Ev.M.Z.Augustus Zebua masuk di Gereja Pinksterkerk in
Nederlansch Indie
(1940) yang sekarang disebut Gereja
Pantekosta di Indonesia (GPdI). Saat itu gereja tersebut digembalakan oleh
Pdt.A.E Siwi, salah satu pendiri GPdI di Indonesia.
Pada tahun
1950, Ev.M.Z.Augustus Zebua meninggalkan pekerjaannya dan memutuskan kembali ke
Nias untuk memberitakan Injil. Hamba Tuhan ini memulai pelayanannya dari rumah
ke rumah, desa ke desa, bahkan sampai ke beberapa kecamatan yang jauh dari
Gunungsitoli.
Karna pada saat itu belum ada kendaraan untuk ke daerah-daerah,
maka terpaksa ia berjalan kaki sampai ke pelosok-pelosok. Ev.M.Z.Augustus
Zebua mulai mengadakan persekutuan doa (1952), namanya Sekola Wangandrö.
Dimulai di rumah orang tuanya sendiri di Desa Hilina’a, Gunungsitoli. Dalam
pelayanan ini berbagai mujizat terjadi, dan semakin banyak jiwa dimenangkan
untuk Tuhan.
“Banyak suka
dan duka dilewati saat memulai pelayanan dulu” ujar Yaser Zebua (74), putra
Ev.M.Z.Zebua.
Mujizat-mujizat
yang Tuhan nyatakan melalui Ev.M.Z.Zebua semakin membuat orang-orang
terheran-heran dan memutuskan untuk bergabung dalam persekutuan doa tersebut.
Namun ada juga orang-orang yang mengolok-olok dengan mengatakan bahwa
persekutuan doa itu sesat, kata Yaser Zebua di sela-sela perayaan hari ulang
tahun GPdI ke 59 di Pulau Nias, Minggu (4/12/2011).
Perkembangan
pelayanannya semakin pesat. Setelah jemaat Hilina’a, kemudian menyusul beberapa
cabang Pos Pelayanan Iman (Pos PI) di beberapa tempat, antara lain di Desa
Onozitoli Olora, Desa Lauru Madula, Desa Mazingö, Desa Fadoro Lai’o, Desa
Tuhemberua, Desa Lawa-lawa Hilizia, Desa Hiliwarökha, Desa Ombalata Tabaloho,
dan Desa Daulo Gidö.
Pada tahun
1959, GPdI di Pulau Nias bergabung di Majelis Daerah Sumatera Utara. Saat ini
GPdI di Pulau Nias telah menjadi 6 Majelis Wilayah, 192 Gereja Induk, dengan
jemaat sekitar 40.000 jiwa.
[DESTY HULU]
Tulisan pernah dimuat di www.nias-bangkit.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar