Faduhusi Daely, Mengabdi Tanpa Henti


Pernah menjabat sebagai Pj Bupati ternyata tidak membuat sosok Faduhusi Daely merasa pengabdiannya sudah selesai. Dengan kerendahan hati bersedia ditempatkan pada jabatan yang lebih rendah dari sebelumnya. Hanya untuk satu kata, pengabdian.

Selesai melaksanakan tugas sebagai Pj Bupati Kabupaten Nias Barat pada tahun 2010, pria yang akrab dipanggil Ama Ester ini memutuskan kembali bertugas di Kabupatn Nias Selatan. Alasannya sangat sederhana, karena belum pensiun.

“ Saya belum pensiun, kan sayang kalau tidak mengabdi. Karena kepegawaian saya dimulai di Nias Selatan, dan ada peluang yang diberikan oleh bapak bupati, maka saya memutuskan mengabdi kembali,” ujar Faduhusi, saat ditemui di Kantor Inspektorat Kabupaten Nias Selatan, Selasa (23/7).

Saat kembali mengabdi, pria 57 tahun ini dipercayakan menjadi Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Keuangan. Setahun kemudian diangkat sebagai Asisten III Setda Kabupaten Nias Selatan.
Pada tanggal 22 Februari 2012, pengagum Gusdur dan Taufik Kiemas ini dilantik menjadi Inspektur Kabupaten Nias Selatan hingga sekarang.

Sebagai Inspektur, pria yang hobby membaca ini menjalankan tugas pengawasan internal di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Nias Selatan. Membantu bupati untuk memfasilitasi bila ditemukan ada pelanggaran.

“ Bila ditemukan ada pelanggaran, maka akan dilakukan pemeriksaan, pembinaan, dan lain sebagainya. Misalnya di bidang anggaran. Kami hanya memfasilitasi, dan mengarahkan, bukan menyidik. Bilamana ada yang belum sempurna, diperiksa dan diingatkan, kalau sudah terlanjur belum di spj-kan, ya kita ingatkan untuk dilengkapi, buku kas dilengkapi,“ tutur pria penyuka ikan bakar ini.

Ditanya soal pelayanan publik, pria tegas ini mengatakan selalu siap menerima pengaduan masyarakat. Misalnya penyalahgunaan raskin, atau dana bos. Maka pihak inspektorat akan menindak lanjutinya. Bila ditemukan ada pelanggaran, maka akan diperiksa secara khusus. Difasilitasi supaya jangan terulang, dan bila sudah terlanjur, wajib dikembalikan. Bila tidak, maka akan diarahkan ke penegak hukum.

Memulai Karir Sebagai Seorang Guru SD

Pria yang memiliki motto hidup “Bekerja bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain” ini tidak pernah menyangka akan menduduki jabatan sebagai PJ Bupati.

Pada tahun 1975, bapak lima anak ini memulai karirnya sebagai guru Sekolah Dasar Negeri di Telukdalam. Tidak pernah terpikirkan olehnya mengapa harus mengabdi di Telukdalam, bukan di Lahömi, Kabupaten Nias Barat,s daerah asalnya.

Saat memulai karir 39 tahun yang lalu, demi sebuah pengabdian, pria tegas ini rela berjalan kaki selama 3 hari 3 malam melewati jalan setapak dan menyusuri pantai dari Nias Barat menuju Nias Selatan.

“ Rupanya kehendak Tuhan lain. Baru saya mengerti, mengapa saya di tempatkan di sini. Bukan di Nias Barat dulu, bukan di kampung saya di Lahomi. Guru SD itu, tidak pernah bermimpi ada jabatan nanti. Namanya saja guru SD. Hanya mengajarkan anak-anak ini bapak budi. Menurut standar itu, paling-paling saya hanya bisa menjadi kepala sekolah, atau pengawas sekolah,” ujar pria yang menjalani hidup sehat tanpa merokok ini.

Rencana Tuhan Adalah Segalanya

Ditanya soal rencana ke depan, pria yang pada masa pemerintahannya sebagai PJ Bupati Nias Barat pernah melakukan terobosan-terobosan di daerah yang dipimpinnya itu mengatakan, semua terserah rencana Tuhan.
Bila Tuhan mengatakan harus mengabdi lagi, dan masyarakat menghendaki, dia tetap siap. Karena bagi pria ramah ini, sudah tidak lagi target dalam hidupnya yang harus dikejar. Pangkat yang sudah maksimum dan anak-anak yang sudah berhasil menurutnya itu sudah lebih dari cukup. Karena semua sudah diraih, maka yang dilakukannya hanya tinggal mengabdi. [DESTY HULU]

Biodata
 
Nama       : Faduhusi Daely, SPd
Lahir        : Onowaembo, 25 November 1956
Agama     : Kristen Protestan
Pekerjaan : PNS Kabupaten Nias Selatan
Istri          : Insani Halawa
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Anak : Ester Daely, Am.Kep, Surya Rh Daely, SKM, Triagus M Daely, SS, dr. Hetty Daely, Yeremia DP Daely, SE.


Pendidikan
Sekolah Dasar Negeri Onowaembo tahun 1968
Sekolah Menengah Pertama Negeri, Sirombu tahun 1971
Sekolah Pendidikan Guru Negeri, Gunungsitoli tahun 1974
Universitas Terbuka (D-II/Akta II PGSD) tahun 1997
STKIP Riama Medan (S-1) tahun 1999


Riwayat Jabatan
Tahun 1975 Guru SD Negeri
Tahun 1983 Kepala SD Negeri
Tahun 1994 Pengawas TK/SD Kecamatan Telukdalam
Tahun 1999 Kasi Dikdas Depdiknas Nias
Tahun 2001 Kasubbid Pengkajian TTG – BPM Nias
Tahun 2002 Kabid Pemanfaatan TTG – BPM Nias
Tahun 2004 Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Selatan
Tahun 2005 Plh Kadis Pendidikan Kabupaten Nias Selatan
Tahun 2006 Kadis Pendidikan Kabupaten Nias Selatan
Tahun 2008 Plt Sekretaris Daerah Kabupaten Nias Selatan
Tahun 2008 Kadis Pendapatan Kabupaten Nias Selatan
Tahun 2009 Kadis Perikanan dan Kelautan Kabupaten Nias Selatan
Tahun 2009 Pj Bupati Nias Barat
Tahun 2011 Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Keuangan
Tahun 2012 Asisten III Setda Kabupaten Nias Selatan
Tahun 2012 Inspektur Kabupaten Nias Selatan


Pelatihan Struktural dan Non Struktural
Diklat ADUM (Diklat Pim IV) di Medan tahun 1999
Diklat SPAMA (Diklat Pim III) di Sawangan, Bogor tahun 2000
TOT – Manager Hibah Belanda di Jakarta tahun 2001
Workshop Manager PKPS – BBM di Yogyakarta tahun 2005


Data Organisasi
Ketua PGRI Kabupaten Nias Selatan tahun 2007
Pengurus PMI Kabupaten Nias Selatan tahun 2007
Ketua GAMKI Kabupaten Nias Selatan tahun 2008
Ketua KORPRI Kabupaten Nias Selatan tahun 2008

Tulisan pernah dimuat di NiasPost.Com

Marwan Dasopang: Pembangunan Nasional Saatnya Berpihak pada Nias

Puluhan tahun berinteraksi dengan masyarakat di Kepulauan Nias, membuat sosok Marwan Dasopang mengenal betul kondisi alam dan sumber daya manusia di Nias. Dengan tegas pria ramah ini mengatakan tidak ada alasan Kepulauan Nias dikategorikan tertinggal. 
 
Sejak tahun 1992, Marwan telah menyaksikan betapa besarnya potensi alam dan manusia Nias untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan. Hanya saja potensi yang ada belum dimanfaatkan dengan maksimal. “ Dari sisi sumber daya alam, sebenarnya tidak ada alasan masyarakat di kepulauan Nias dikategorikan tertinggal, karena melimpahnya sumber daya alam. Tetapi perlakuan politik yang mengabaikan Nias beberapa dekade menjadikan sumber daya manusianya tidak kreatif dan malah menjadi apatis terhadap dirinya,” ungkap Marwan.


Kondisi ini membuat pria yang menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT RI) sejak Juli 2009, berani menyampaikan kepada Menteri PDT Ir.H.Helmy Faisal Zaini, bahwa mendorong Kepulauan Nias menjadi pusat pertumbuhan sangat mudah bila dibandingkan dengan daerah lain. Yang dibutuhkan hanya keberpihakan dan memberi akses pada masyarakat, maka kreatifitas segera muncul dan bisa menyelesaikan persoalannya sendiri. Karena pada dasarnya masyarakat Nias berkebudayaan tinggi dan penuh dengan kreatifitas.

Akhirnya pemikiran itu dapat diterima oleh menteri, dan sejak itu pula mantan Sekretaris PW NU Sumatera Utara periode 1995-1999 ini pun terus mengawal apa yang dia sebut tentang keberpihakan dan akses dari program yang ada di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT).

Nias akan Menjadi Daerah Impian Masyarakat Dunia

Sumber daya alam dan manusia Nias yang sangat berpotensi membuat pria yang memiliki motto hidup “Jujur Bersikap, Berani Bertindak” ini yakin, bahwa Nias dimasa yang akan datang menjadi daerah impian masyarakat dunia. Semua orang akan bangga bercerita telah sampai di Nias.

“ Saya berkeyakinan, Nias masa datang adalah daerah impian masyarakat dunia seperti Bali, semua orang akan bangga bercerita telah sampai di Nias. Itu terjadi bila potensi pariwisata telah tergarap dengan baik, kesuburan tanah sudah bisa dimanfaatkan, dan budaya berkeseniaan tinggi telah berkembang lagi,” tuturnya.
Menurut Marwan, tanah yang sangat subur harusnya bisa menjadikan sektor pertanian menjadi salah satu andalan. Namun sayang, saat ini sektor tersebut belum tergarap dengan baik. Karet yang selama ini menjadi unggulan masyarakat Nias, namun Nias sendiri tidak memiliki perkebunan karet. Kakao yang jadi penopang juga belum dikelola dengan maksimal. Ternak babi yang dijalankan secara tradisionil juga tak mampu memasok kebutuhan Nias.

Sektor pariwisata juga belum diolah dengan baik. Padahal, keindahan alam dan budaya Nias bisa dijadikan andalan.

Saat ini, salah satu yang menjadi kendalanya adalah infrastruktur di Pulau Nias belum memadai untuk menunjang pulau terluar ini sebagai negeri impian.

Membangun infrastruktur merupakan tugas pemerintah. Itu yang dimaksud pengagum Gus Dur dan Gorbachev ini dengan keberpihakan. Sedangkan yang perlu didorong pada masyarakat adalah kemahiran berkreatifitas. Upayanya memang harus membangun infrastruktur dan pemerintah daerah harus gencar meyakinkan pemerintah pusat atau juga mengundang investor.

“ KPDT sebenarnya ingin segera melepaskan Nias dari kategori daerah tertinggal, karena sumber daya alamnya sangat mendukung. Tetapi anggaran KPDT sangat terbatas. maka programnya juga bersifat stimulant. Baik infrastruktur berupa jalan, jembatan, irigasi, dermaga dll, juga pendidikan, kesehatan, pertanian berupa bibit, pupuk, obat obatan, ataupun penguatan kelembagaan,” katanya.

Penguatan kelembagan sangat penting karena ini faktor manusia. Jika kemandirian dan kreatifitas tinggi manusianya sudah muncul, maka sudah bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

Semua program KPDT bisa masuk sesuai permohonan daerah. Tergantung sisi apa yang paling mendesak dan berpotensi mendorong pertumbuhan dan munculnya kemandirian. Total anggaran bervariasi, antara 30 miliar sampai 50 miliar rupiah per kabupaten/kota. Hal ini ternyata menjadi andalan bila dibandingkan dengan kementerian lain.

Jatuh Cinta Kepada Nias

Menghabiskan masa kecil dalam suasana ketertinggalan dan keterbatasan telah menempa semangat pria kelahiran Pangikiran, Tapanuli Selatan (sekarang Padang Lawas), 12 Juni 1962 ini bertekad untuk maju. Akrab dan mahir dengan pisau penyadap untuk menderes, membuat bapak tiga orang anak ini paham betul tentang kehidupan para petani karet di Nias. Tak jarang, untuk mengetahui kondisi para petani secara langsung, Marwan rela keluar masuk desa dengan berjalan kaki puluhan kilometer.

Satu hal yang paling berkesan dari suami Ismah Amrina ini adalah karakter masyarakat Nias yang menurut dia masih menjunjung tinggi adat istiadat dan toleran terhadap perbedaan, “ Apa yang pernah diceritakan orang dari mulut ke mulut bahwa Nias itu sangat menakutkan ternyata tidak terbukti. Pulau Nias sangat indah. Masyarakatnya ramah dan terbuka terhadap pendatang,” ujarnya.

Ditanya soal makanan kesukaan bila berada di Nias, pria yang menyenangi lagu berlirik kritis ini menjawab sangat suka dengan menu ikan bakar dan gulai. “ Saya punya banyak tempat makan favorit saat berada di Nias. Saya sangat menggemari menu ikan bakar dan gulai. Di Nias, ikannya segar-segar,” tuturnya.
Pria yang aktif berorganisasi ini berjanji, dengan segala kemampuannya akan turut mendorong melepaskan Nias dari kategori daerah tertinggal , sehingga suatu saat nanti kerinduannya melihat Nias menjadi negeri impian masyarakat dunia bisa terwujud. [DESTY HULU]

Tulisan pernah dimuat di NiasPost.Com