Betapa
tidak, kolam dengan kedalaman 3 meter itu menjadi surga bagi para pengunjung
yang pandai berenang dan ingin uji nyali menyelam sambil menikmati indahnya
biota laut.
Pada
saat-saat tertentu, hempasan air laut akan melewati bebatuan yang mencapai 5
meter, kemudian masuk ke kolam yang terbentuk secara alami itu. Dan itu adalah
tontonan yang sangat menarik perhatian setiap pengunjung.
Pantai
Ladeha terletak sekitar 36 kilometer dari pusat Kota Telukdalam, dan jarak dari
jalan provinsi kabupaten menuju lokasi sekitar 1,5 kilometer. Akses jalan
menuju pantai sudah mulai memadai. Pembangunan jalan rabat beton yang
dilaksanakan oleh PNPM-Mandiri pada 2010, dan pembangunan jalan sepanjang 300
meter dengan dana yang bersumber dari APBD 2012 juga semakin memudahkan
pengunjung mencapai pantai yang juga dikenal dengan nama Lala Dönu Harazaki
ini.
Tiga Dimensi
Berkunjung
ke Pantai Ladeha bagai melihat pemandangan tiga dimensi yang mengagumkan. Sisi
kanan pantai terdapat hamparan pasir putih yang cukup luas. Biasanya para
pengunjung memanfaatkan tempat ini untuk berenang, karena gelombang laut di
daerah itu tidak begitu besar.
Bila ingin
menikmati tempat yang lebih menantang, pengunjung bisa beralih ke sisi kanan pantai.
Saat memasuki lokasi yang di penuhi bebatuan besar ini, pengunjung harus
melewati gua yang merupakan pintu gerbang menuju kolam alam andalan Pantai
Ladeha.
Bila tidak
ingin berenang, pengunjung juga bisa menguji adrenalin dengan menaiki puncak
bebatuan dan menikmati gelombang laut yang menghempas bebatuan. Pengunjung
harus berhati-hati saat berada di puncak bebatuan, karena selain gelombang laut
yang bisa mengenai pengunjung, di puncak bebatuan juga angin sangat kencang.
Salah satu
pengunjung Elfi Laia (22) mengatakan, Pantai Ladeha cocok untuk dijadikan objek
wisata keluarga.
“Pantai
Ladeha merupakan pantai yang indah dan cocok untuk dijadikan objek wisata
keluarga. Ombak yang indah dan pasir yang putih serta batu-batu dan karang di
laut semakin melengkapi indahnya pantai ini. Hanya saja sangat disayangkan
karena kondisi jalan menuju Pantai Ladeha belum dapat dilewati kendaraan roda
empat,” ujar Elfi.
Mulai
Dilirik Investor Asing
Pantai Ladeha
mulai dikenal pascagempa bumi dan tsunami yang melanda Pulau Nias pada 2005.
Pada saat itu air laut surut, sehingga membentuk pantai dengan hamparan pasir
putih.
“Dulunya,
Pantai Ladeha tidak bisa dimasuki oleh masyarakat, karena gelombangnya sangat besar.
Pascabencana— setelah air lautnya surut, mulailah para wisatawan asing
berselancar di daerah yang ada pasir putih. Sejak itu, pengunjung Ladeha terus
bertambah. Pengunjung bisa mencapai 2000-3000 orang per minggu,” ujar tokoh
masyarakat Yakin Nudin Y Laia.
Yakin
menuturkan, kata Ladeha berarti dicabut. Nama ini diberikan oleh masyarakat
setempat karena di Pantai Ladeha, orang-orang juga biasa memancing ikan. Selain
bisa menjadi tempat memancing, menjelang senja, bila cuaca bagus, pengunjung
juga bisa menikmati indahnya matahari terbenam.
Meski minim
fasilitas, tetapi minat masyarakat untuk mengunjungi pantai ini cukup besar.
Terbukti hingga saat ini, setiap hari minggu, jumlah pengunjung bisa mencapai
500 orang. Menurut Yakin, perhatian pemerintah terhadap objek wisata Pantai
Ladeha sangat rendah. Meskipun lokasi sekitar pantai cukup bersih, tetapi masih
diperlukan penataan yang lebih baik.
Pada
Februari 2012, dua investor asal Singapura berkunjung ke Pantai Ladeha. Promosi
yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan di
Sumatera Expo 2011 di Batam mampu menarik calon investor ini untuk mensurvei
daerah tujuan wisata di Nias Selatan. Meskipun hingga saat ini belum ada
realisasi dari kunjungan tersebut, tetapi setidaknya Pantai Ladeha sudah mulai
menarik perhatian dunia.
Kepala
Bidang Pemasaran dan Promosi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias
Selatan Arianis Duha mengatakan, Pantai Ladeha itu ibarat Tanah Lot-nya Nias
Selatan.
“Saya pernah
ke Bali, dan menurut saya, suasana Pantai Ladeha ini mirip dengan Tanah Lot di
Bali. Bila ditata dengan baik, tidak tertutup kemungkinan Pantai Ladeha bisa
menjadi salah satu objek wisata andalan Nias Selatan”, ujar Arianis saat
ditemui di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan, Jalan
Lagundri Km 7, Fanayama, Kamis (14/2/2013).
Meskipun
belum menjadi prioritas utama, pemerintah harus tetap memperhatikan nasib
objek-objek wisata yang tersebar di beberapa daerah di Nias Selatan. Karena
sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang bisa menjadi andalan sumber
PAD dan sarana memperkenalkan Nias Selatan kepada dunia. [DESTY HULU]
Tulisan pernah dimuat di www.nias-bangkit.com