Mentari mengedip-ngedipkan matanya saat kilauan hangat menembus kamarnya yang mungil.Seutas senyum terbentuk di wajahnya seolah ingin menyapa cahaya kuning keemasan yang bernama sama dengannya.
Seperti biasa, Mentari mempersiapkan diri untuk menjalankan detik demi detik kehidupannya.
Saat melangkah keluar dari pintu rumahnya,dia disambut oleh bunga-bunga matahari yang tumbuh subur di halaman rumahnya.
Diujung taman telah menunggu seorang pria yang segera menyambutnya dengan senyum Dia adalah kekasih Mentari yang setia menemaninya melewati hari. Akhirnya mereka tiba di tempat biasa mereka menghabiskan waktu.
Mereka duduk berdampingan tanpa mempedulikan mata orang-orang yang menatap dengan sinis. Kadang mereka tertawa lepas tanpa mempedulikan cibiran orang-orang yang iri melihat kebersamaan mereka. Begitulah cara mereka melewati hari,seolah kebahagiaan hanya milik mereka saja.
Suatu pagi, Mentari tak melihat sahabatnya, yang muncul justru awan hitam yang ditemani kilatan petir. Mentari mulai khawatir. "Jangan-jangan mentari tak bersinar lagi" gumamnya dalam hati.
Mentari terus menatap langit yang kian gelap. Hujanpun mulai deras membasahi halaman rumahnya seolah ingin menemaninya menangis.
1 jam
2 jam
3 jam
Mentari masih terpaku menatap langit sambil berharap suatu keajaiban akan terjadi. Penantiannya tak sia-sia. Hujan mulai mereda. Kini yang ada hanya rinai yang kian menghilang. Langitpun mulai cerah.
Di balik awan yang mulai memutih,muncul sekelebat sinar yang menyilaukan,seolah memaksa awan hitam untuk segera pergi. Mentari segera melonjak kegirangan,ternyata sahabatnya masih ada. Tapi, di ujung taman mataharinya tak ada seorangpun yang berdiri menunggu seperti biasanya.
Sekali lagi sahabatnya bersinar lebih terang lagi seolah memaksa kabut-kabut tebal untuk meninggalkan taman itu. Walau samar,Mentari mulai dapat melihat seseorang berdiri di ujung taman.
Mentari segera berlari menghampiri orang tersebut. "Aku takut kehilanganmu" ujarnya sambil memeluk pria yang ternyata adalah kekasihnya. "Apa yang terjadi,mengapa kamu begitu khawatir?" tanya pria itu keheranan.
"Aku pernah berjanji,akan terus menjaga cinta kita sampai mentari berhenti bersinar" jawabnya lirih. "Lalu?" kekasihnya masih belum mengerti arti ucapan Mentari. "Tadi pagi mentari tak bersinar, aku pikir cinta kita telah berakhir" jawabnya sambil terisak.
Sambil melepas pelukannya,kekasih Mentari menatapnya lembut, "cinta kita tak akan pernah berakhir, walaupun mentari berhenti bersinar" kata-kata itu langsung menghentikan air mata Mentari. "Coba lihat ke langit" ujarnya pada Mentari. "Sahabatmu
masih setia menemanimu, jika tadi dia seolah menghilang, itu hanya
sekedar menguji ketulusan hatimu. Setelah dia anggap kamu lulus, dia tidak
hanya kembali bersinar,tapi juga memberimu hadiah,sebuah pelangi".
Mentari mulai tersenyum menatap lengkungan yang berwarna-warni di langit. "Kamu tahu mengapa hari ini sahabatmu menghadiahimu sebuah pelangi?". Mentari menggeleng. "Karena hari ini adalah bertepatan dengan hari dimana aku pernah mengungkapkan kesungguhan cintaku padamu". Mentari tersentak dan kembali memeluk kekasihnya.
Mentari dan pelangi tersenyum melihat ketulusan cinta mereka. Di langit biru sang awan membentuk untaian doa,berharap cinta mereka akan abadi selamanya.
[Gunungsitoli, 17 Februari 2010]