Malam belum terlalu larut
Saat kencana surga menjemputmu
Isak tangis mewarnai setiap sudut rumah kediamanmu
Air mata mereka seolah bertanya mengapa kau pergi begitu cepat
Mulai dari pagi buta hingga malam meninggi
Tak putus-putusnya orang berduyun-duyun
Ingin melihatmu untuk terakhir kali
Hujan seketika berhenti
Saat burung besi yang membawamu mulai mengudara
Awan putih mengawal perjalanan terakhirmu
Menuju tanah kelahiranmu
Ratusan orang memenuhi bandara kecil di pulau impianmu
Menyambut kedatanganmu tanpa berharap tegur sapamu
Puluhan kendaraan mengiring ambulance yang membawamu
Menuju tempat engkau dibesarkan
Jerit histeris memenuhi rumah masa kecilmu
Saat tempat tidur terakhirmu diletakkan perlahan
Papan-papan bunga mulai berjejeran
Di halaman tempat bermainmu dulu
Lautan manusia kembali memenuhi hutan kecil yang rindang
Menghantarkanmu ke tempat pembaringan abadi
Tanpa dapat dibangunkan lagi
[Gunungsitoli, 20 Maret 2010]